Belum reda euphoria Bajrangi Bhaijaan (BB) yang sampai sekarang masih terus mengeruk keuntungan di bioskop India dan beberapa bioskop internasional, Kabir Khan sudah melahirkan karya terbarunya yang juga mengangkat tema pertikaian antara India-Pakistan. Bedanya, jika BB bergenre drama komedi yang menyentuh, maka Phantomadalah sebuah action espionage. Diangkat dari buku Mumbai Avengers karya S. Hussein Zaidi, yang pada akhirnya tidak pernah dirilis. Zaidi sendiri adalah jurnalis investigasi India yang juga berkontribusi pada penulisan naskahnya, Phantommengklaim sebagai film dengan cerita yang penonton harapkan adalah kisah nyata. Tentu saja yang dimaksud adalah tertangkapnya para pelaku pemboman di Taj, Mumbai, 26 November 2008 lalu, yang kenyataannya sampai sekarang belum berhasil diadili.
Kasus pembomban di Mumbai memanaskan hubungan antara India-Pakistan. RAW (Research & Analysis Wing), agensi intelijen asing India, sangat berhati-hati dalam menangkap pelaku pemboman yang diduga kelompok militan asal Pakistan. Didesak oleh berbagai kepentingan, Roy, sang pemimpin akhirnya memutuskan mengambil langkah nekad dan sangat rahasia: merekrut seseorang yang tak dikenal untuk menjalani misi menghabisi para pelaku pemboman. Dipilihlah Daniyal, mantan tentara yang dinon-aktifkan secara tidak hormat dan kini hidup dalam persembunyiannya. Dengan identitas baru dan dibantu agen wanita yang mengenali wajah para pelaku, Nawaz Mistry, Daniyal menjalankan misinya satu per satu, mulai Inggris, Chicago, hingga Syria.
Premise seperti ini sebenarnya sudah cukup generik, terutama bagi penonton yang familiar dengan tema espionage. Maka sebenarnya tak ada yang istimewa dengan petualangan ala Mission: Impossible ini. Yang lantas menjadi menarik adalah bagaimana memvisualisasikannya menjadi sebuah sajian tontonan yang mendebarkan dan menghibur. Phantomadalah action thriller yang cukup bikin deg-degan di banyak adegan, meski secara konstan hanya memanfaatkan formula ‘last-minute thriller’ sebagai pemompa adrenaline-nya. Masih tergolong berhasil dalam memompa adrenaline, meski harus sedikit mengorbankan logika-logika minor, yang mungkin bagi penonton awam yang sudah terbuai dalam alur ceritanya, tidak akan menyadarinya. Sayangnya, yang turut menjadi ‘korban’ adalah penokohan karakter-karakternya, termasuk Daniyal dan Nawaz sendiri yang berperan sebagai karakter utama. Padahal dengan sedikit tema sosial, Phantom seharusnya punya potensi menarik simpati penonton, setidaknya terhadap karakter-karakter utamanya. Tak heran jika ia akhirnya harus mengambil langkah yang ekstrim terhadap karakter Daniyal demi memancing emosi dan simpati dari penonton.
Dengan durasi yang tergolong singkat dibandingkan film-film Hindi biasanya, Phantom sama sekali tidak menyisakan ruang untuk song dan dance. Lagu-lagu yang digubah oleh Pritam hanya dijadikan background music yang mengiringi adegan. Itupun sama sekali tidak begitu memorable, apalagi jika Anda termasuk yang sudah fokus dengan adegan-adegan mendebarkannya.
Sebagai lead action hero, Saif Ali Khan terbukti mampu menarik perhatian dan melakoninya dengan baik serta berkharisma. Sementara Katrina Kaif yang sudah tak perlu dipertanyakan lagi pesonanya, terutama dari segi fisik, juga mampu mengimbangi performa Saif Ali. Tak terlalu istimewa, namun setidaknya ia memainkan peran yang tak sekedar pemanis, dan tetap mampu mencuri layar tiap kemunculannya dengan pesona yang begitu kuat.
Secara keseluruhan, Phantom mungkin tidak akan jadi film aksi spionase yang terlalu mengesankan atau yang bakalan Anda ingat untuk jangka waktu yang lama, namun ia setidaknya sudah cukup berhasil menjadi hiburan yang mendebarkan sepanjang 135 menit.
Lihat data film ini di IMDb.
0 Response to "The Jose Flash Review Phantom"