Jika Anda sedang mencari-cari film yang cocok untuk merayakan Natal tiap tahun, Perancis menawarkan persembahan film Natal yang punya formula generik tapi selalu kita rindukan tiap menjelang Natal: Christmas joy and spirit, Le Père Noël (LPN) atau judul internasionalnya Santa Claus. Disutradarai Alexandre Coffre yang sebelumnya menangani film komedi Eyjafjallajökull dan Borderline. LPN yang dirilis di negara aslinya Natal 2014 lalu ini sempat diputar dalam rangkaian Festival Sinema Perancis awal Desember lalu. Namun Feat Pictures selaku distributor merilisnya untuk tayang reguler di CGV Blitz, Cinemaxx, dan Platinum. Uniknya, Sang ‘Santa Claus’ di sini justru diperankan oleh Tahar Rahim, aktor Perancis berdarah Algeria.
Antoine, seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, tak ingin permintaan yang muluk-muluk Natal ini. Ia hanya ingin bertemu Santa Claus dan naik kereta luncurnya. Permintaannya ‘terkabul’ tak lama kemudian, ketika seorang pria berkostum Santa Claus mendarat di balkon apartemennya. Antoine yang penasaran terus membuntuti Sang Santa dan merengek-rengek untuk memperlihatkan kereta luncurnya. Siapa sangka bahwa Sang Santa ternyata adalah pencuri perhiasan yang menyamar menjadi Santa Claus dalam menjalankan aksinya. Meski berbagai usaha mengusir dicoba, Antoine tetap saja membuntutinya. Santa pun tak kehabisan akal. Ia memberi ‘tes kecil’ sebelum Antoine diiming-imingi untuk menjadi asisten Santa. Kesuksesan Antoine melahirkan ide untuk menjadikannya asisten dalam mencuri. Maka Antoine dan Santa berkeliling Paris dari rumah ke rumah untuk mengumpulkan perhiasan. Sampai suatu ketika komplotan yang mengejar-ngejar Santa juga ikut mengancam keselamatan Antoine. Perlahan Santa pun merasakan punya tanggung jawab dan kepedulian terhadap Antoine.
Formula crime dan another ‘inappropriate-for-children’ material dalam film Natal bukan sekali ini saja dipadukan. Yang paling berkesan buat saya antara lain Reindeer Gamesdan Bad Santa. LPN memang menggunakan formula paduan ini, tapi dengan racikan yang sangat-sangat aman untuk dinikmati seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak sekalipun. Sebagai komedi, sayangnya LPN tak terlalu banyak memanfaatkan kesempatan-kesempatan untuk menghadirkan guyonan komikal seperti halnya Home Alone. In matter of fact, nuansa LPN sangat kalem untuk genre komedi. Kelucuan-kelucuannya lebih banyak memanfaatkan kepolosan dan tingkah Antoine yang untungnya berhasil mengundang senyum, tawa, dan rasa gemas. Cerita lebih banyak mengeksplor relasi antara Santa dan Antoine. Cukup berhasil sehingga ada cukup banyak momen heartwarming yang menjadi kekuatan utama LPN. Bikin tersenyum, mengundang haru, dan mungkin juga sedikit air mata kebahagiaan. LPN did it very well.
Selain dari itu, storyline LPN sebenarnya sangat-sangat generik dan tak banyak side storyline yang dikembangkan. Mungkin main storyline tentang relasi Santa-Antoine memang dikembangkan dengan baik meski tak terlalu istimewa pula, namun kehadiran komplotan yang mengejar-ngejar Santa seolah-olah hanya tempelan untuk menambah keseruan (atau sekedar menambah durasi semata?). Tak ada karakter komplotan yang digali lebih dalam sehingga ‘ancaman’-nya bisa lebih dirasakan oleh penonton. Motivasi mereka mengejar-ngejar Santa juga hanya sekedar masalah hutang-piutang. Bahkan adegan klimaksnya pun lebih memanfaatkan Antoine dan Santa untuk menyelesaikannya. Para komplotan (lagi-lagi) harus menjadi ‘tempelan’ semata, tanpa mengesankan apa-apa.
Dengan relasi antara Santa-Antoine sebagai ‘komoditas’ utama, tentu aktor pemerannya menjadi tulang punggung film. Untung saja si cilik Victor Cabal sebagai Antoine tampil memikat lewat kepolosan dan tingkahnya yang menggemaskan. Mulai ekspresi wajah, gerak gestur tubuh, hingga celetukan-celetukannya selalu saja menjadi sumber hiburan yang berhasil. Saya tidak akan kaget jika karir Victor Cabal ke depannya semakin cemerlang. Tahar Rahim pun mampu tampil sebagai villain yang mengundang simpati. In one side, we’ve known what he did was wrong, thus we’ll still love and care about what’s happened to him. Tahar menunjukkan kharisma yang cukup sebagai lead dan mengundang simpati penonton. Perubahan sifat yang ditunjukkan lewat ekspresi wajahnya turut mendukung itu. Selain dari dua karakter ini, tak ada karakter lain yang cukup berkesan, selain sekedar ada untuk menggerakkan cerita utama.
Sinematografi Pierre Cottereau yang dinamis namun masih enak diikuti, mengeksplor sudut-sudut kota Paris dengan cantik. Mulai ruang-ruang apartemen yang modern-klasik sampai kawasan yang dipenuhi trailer-trailer kumuh. Bidikan-bidikannya pun membingkai momen-momen manis Santa dan Antoine, serta keseruan ketika Antoine dimanfaatkan untuk merampok. Editing Hervé de Luze cukup mendukung pace cerita yang kadang kalem, namun sekali-dua kali jadi seasyik video music dengan cut-to-cut dinamis. Pemilihan soundtrack-nya juga patut diapresiasi untuk mengimbangi nuansa kalem yang mendominasi.
So, LPN memang menawarkan tema Natal yang generik. Side storyline pun tak digarap dengan cukup seimbang dengan main storyline-nya. Tapi come on, apa sih yang paling diharapkan dari film Natal? Tentu saja nuansa dan semangat Natal yang hangat, manis, dan berhati besar bukan? That’s all Christmas is all about, isn’t it? Merry Christmas, happy holiday, and enjoy LPN with your whole family!
Lihat data film ini di IMDb.
0 Response to "The Jose Flash Review Santa Claus / Le Père Noël"