Di lini utamanya, Bollywood memang didominasi oleh ke-khas-annya, yaitu romance atau masala (genre campur-campur, mulai romance, keluarga, dan action), tapi beberapa tahun terakhir ada satu-dua genre thriller investigatif yang menawarkan tema-tema segar dan mengeksplor banyak aspek yang tergolong jarang dilirik film-film negara lain. Awal tahun 2016 ini, Bollywood punya Wazir, sebuah thriller investigatif yang mencoba memainkan mind-game manipulatif. Proyek yang digagas oleh Vidhu Vinod Chopra ini awalnya akan dijadikan produksi Chopra pertama di Hollywood dengan bintang Dustin Hoffman. Sayang produser Robert Newmyer meninggal dunia sebelum siap direalisasikan. Akhirnya Chopra menggandeng Bejoy Nambiar dan tim penulis naskah yang pernah bekerja sama dengannya di Shaitan dan David, ditambah Abhijat Joshi yang sudah melahirkan karya-karya Hindi notable macam Mission Kashmir, 3 Idiots, dan PK. Memperkuat interest factor, Nambiar menggandeng aktor legendaris Amitabh Bachchan dan Farhan Akhtar yang kita kenal lewat Zindagi Na Milegi Dobar serta sutradara film blockbuster, duologi Don.
Pasca kematian sang putri ketika memburu teroris bernama Farooq Rameez, seorang opsir Anti-Terrorism Squad, Daanish Ali, dihantui rasa bersalah, bahkan sampai nekad memburu sang teroris secara pribadi yang mengakibatkan skorsing dari satuannya. Bahkan istrinya, Ruhana, juga menyalahkannya karena nekad memburu Rameez saat sedang bersama keluarganya. Upaya bunuh dirinya digagalkan oleh kehadiran Pandit Omkar Nath Dhar yang ternyata adalah guru catur putrinya semasa hidup. Pandit perlahan menghibur dan memulihkan jiwa Daanish lewat permainan catur. Tak hanya sebagai permainan, Pandit juga mengambil metafora catur dalam kehidupan. Ketika persahabatan mereka jauh lebih dekat, terkuak masa lalu Pandit yang kehilangan putrinya, Nina karena kecelakaan jatuh dari tangga di rumah Menteri Kesejahteraan, Qureshi. Kebetulan saat itu Nina mengajar catur putri Qureshi, Ruhi. Namun Pandit yakin kematian Nina disebabkan oleh Qureshi sendiri. Sayang kasus ini akhirnya ditutup oleh pihak kepolisian.
Merasa berhutang budi, Daanish mulai melakukan penyelidikan terhadap Qureshi, termasuk mendekati Ruhi sendiri. Satu per satu petunjuk semakin mendekatkan Daanish dengan Qureshi dan fakta-fakta tentang identitasnya di masa lalu. Keadaan semakin mencekam setelah Pandit mulai diteror oleh sosok yang mengaku bernama Wazir, yang dalam permainan catur merepresentasi The Queen alias Sang Ratu.
Sejak awal, Wazir menunjukkan formula yang tak jauh berbeda dengan beberapa film Hindi lain: balas dendam, keluarga, dan persahabatan. Metafora permainan catur pun awalnya seperti sekedar pemanis yang membuat cerita menjadi terkesan lebih cerdas. Nilai lebihnya terletak pada dialog-dialog cerdas dan indah, terutama dari karakter Pandit. Bahkan saya sempat mengernyitkan dahi ketika Daanish lebih memburu Wazir ketimbang target utamanya, Qureshi, yang notabene bos dari Wazir. Namun rupanya Wazir menunjukkan lebih dari itu ketika cerita bergulir lebih jauh dan aroma twist menarik mulai tercium. Metafora catur pun tak hanya menjadi pemanis cerita supaya terkesan smart, namun menjadi basis utama cerita. Mungkin twist-nya tak benar-benar baru, namun bisa nge-blend dengan begitu rapi, cerdas, serta relevan. Pengulangan adegan yang memperjelas revealing moment, yang mungkin memang bertujuan mempermudah penonton awam memahaminya, jadi tak begitu mengganggu bagi saya. Elemen drama persahabatan dan keluarga yang menjadi ‘kulit luar’ mampu mendukung cerita dengan keseimbangan yang pas, tanpa terkesan saling tumpang tindih.
Daya tarik utama di Wazir tentu saja penampilan Amitabh Bachchan yang kekuatan kharisma-nya tak sedikit pun pudar. Berkat karakter Pandit yang memang menarik, ditambah dialog-dialog cerdas, Amitabh seolah menjadi nyawa utama film. Porsi (dan pesona) Farhan Akhtar mungkin masih kalah dengan Amitabh, namun setidaknya ia berhasil membentuk chemistry persahabatan yang begitu kental dengan karakter Pandit, serta cukup berhasil menarik simpati penonton. Kecantikan Aditi Rao Hydari sebagai Ruhana tak punya porsi cukup dalam cerita untuk mampu menarik perhatian. Justru di jajaran cast pendukung, Neil Nitin Mukesh sebagai sosok Wazir, John Abraham sebagai S.P., dan terutama si cilik Mazel Vyas sebagai Ruhi, yang di klimaks mampu menyedot emosi penonton secara maksimal.
Sinematografi Sanu Varghese mungkin tak terlalu istimewa, namun setidaknya cukup mampu bercerita dengan efektif. Editing dari Chopra sendiri dibantu Abhiajat Joshi berperan cukup penting dalam menjaga energi sekaligus emosi cerita secara seimbang. Terakhir, tentu saja musik-musik Rohit Kulkarni yang meski tidak dihadirkan sebagai musical performance, namun beberapa berhasil jadi memorable, terutama sekali Tere Bin.
Tanpa musical performance (lagu-lagu hanya diletakkan sebagai latar adegan), durasi yang ‘hanya’ 1 jam 42 menit, plot yang berjalan lugas dan runtut, Wazirmenjadi sajian tontonan yang padat dan sangat mengasyikkan. Sayang untuk dilewatkan, apalagi jika Anda termasuk fan Amitabh Bachchan atau penggemar film thriller investigatif yang cerdas dan punya twist menarik.
Lihat data film ini di IMDb.
0 Response to "The Jose Flash Review Wazir [वाज़िर]"