Latest News

The Jose Flash Review Abdullah & Takeshi

Trend komika yang dipercaya menjadi daya tarik sebuah film belum berhenti. Malah kini perlahan merambah bangku sutradara. Setelah Raditya Dika dan Ernest Prakasa, kali ini giliran Kemal Palevi yang diberi kerpecayaan oleh Multivision Plus Pictures untuk mengarahkan sekaligus menulis naskah serta bermain sebagai sala hsatu lead actor di film komedi untuk pertama kalinya, Abdullah & Takeshi (A&T). Meski punya premise ala sinetron Putri yang Tertukar, tapi A&T punya latar belakang cerita yang lebih bold dan menarik untuk diangkat.

Ketika ospek, Takeshi dan Abdullah bersaing mendapatkan perhatian dari Indah. Tak saling menyadari ada yang aneh dengan diri mereka, justru Indah yang mempertanyakan fisik Takeshi dan Abdullah. Takeshi yang dibesarkan oleh orang tua Jepang, terlihat seperti orang Arab. Sebaliknya, Abdullah yang dibesarkan oleh orang tua Arab sama sekali tidak ada ciri-ciri fisik khas Arab. Setelah melakukan penyelidikan, Indah mendapat fakta bahwa Abdullah dan Takeshi tertukar di rumah sakit ketika masih baru lahir. Untuk lebih meyakinkan lagi, mereka bertiga memutuskan untuk berangkat ke Jepang demi mengkonfirmasi ke rumah sakit tempat keduanya lahir.

Satu hal yang paling membuat saya semangat untuk nonton A&T adalah ia punya bekal materi yang menarik untuk digali, baik sebagai materi cerita maupun bahan guyonan: perbedaan budaya Jepang dan Arab. Well, A&T memang bisa dibilang cukup memanfaatkan daya tarik itu lewat beberapa guyonannya dan cukup berhasil menggelitik saraf tawa saya pula. Sayangnya, yang porsinya lebih banyak justru guyonan-guyonan khas Kemal dan Lolox sebagai komika yang tidak berkorelasi dengan situasi dan, sorry to say, most of the time, I don’t understand what’s funny about it. Selain dari itu, ada pula joke sindiran sosial yang cukup bikin saya tersenyum, meski tak semuanya berhasil mengena. Materi cerita pun tak berhasil dikembangkan lebih dalam atau menjadi lebih menarik. What’s written in the synopsis was all you got from the whole movie. Padahal sebenarnya ada cukup banyak kemungkinan arah plot yang potensial. Misalnya tentang hubungan Indah dengan keduanya. Alhasil, A&T terasa seperti komedi menarik yang masih mentah. Just like that.

Kemal dan Dion Wiyoko cukup menarik dan convincing memerankan karakter cross-over meski dalam konteks komedi. Pendatang baru, Nasya Marcella sebagai Indah berhasil mencuri perhatian saya. Tak hanya faktor fisiknya yang memang mempesona, tapi juga keluwesannya membawakan karakter Indah. Tak istimewa, tapi berhasil dihidupkan dengan pesona yang lebih dari cukup olehnya. Lolox tampil seperti kebanyakan komika yang tampil sebagai cameo di film, Ayumi Harada-Hiromitsu Harada sebagai orang tua Takeshi cukup mampu memberikan keseimbangan antara menggelitik sekaligus hangat sebagai keluarga. Begitu juga Mike Lucock dan Natali Sarah sebagai orang tua Abdullah yang lebih populer sehingga mampu menjadi sumber komedi yang lebih terasa berhasil.

Tidak ada yang istimewa di teknis, mulai sinematografi Dimas Imam Subhono yang masih tergolong mampu bercerita dengan baik, editing Cesa David Luckmansyah yang mampu menjaga pace dan energi sebagai sebuah komedi di balik arah cerita yang ‘begitu saja’.

Dengan naskah yang lebih solid dan renyah, saya sebenarnya bisa melihat cukup banyak potensi di A&T untuk menjadi karya komedi yang cerdas, menyentil, sekaligus sangat menghibur. Sayangnya hasil akhir A&T terasa masih mediocre, biasa-biasa saja. Gagal menjadi sebuah komedi yang remarkable, setidaknya A&T masih boleh lah dijadikan tontonan ringan di saat butuh tertawa lepas atau sekedar senyum-senyum.

Lihat data film ini di filmindonesia.or.id.

0 Response to "The Jose Flash Review Abdullah & Takeshi"