Berasal dari nama bumbu khas India, Masala, adalah genre film yang mencampur adukkan berbagai genre menjadi satu sajian. Kebanyakan adalah action, komedi, dan drama romance. Tentu genre Masala ini menjadi salah satu genre yang populer di sinema Hindi sampai sekarang. Tahun 2015, sutradara Rohit Shetty yang memang bisa dibilang pakar di genre Masala, kembali bekerja sama dengan sang raja, Shah Rukh Khan setelah box office Chennai Express 2013 lalu. Tak tanggung-tanggung, SRK dipasangkan lagi dengan Kajol untuk ketujuh kalinya setelah film-film pencetak box office legendaris macam Kuch Kuch Hota Hai, Kabhi Khushi Kabhi Gham, dan My Name is Khan. Pasangan ini jelas menjadi daya tarik sendiri, apalagi dirilis di musim liburan Natal yang termasuk salah satu momen terbesar untuk perfilman Hindi, selain liburan Idul Fitri dan Diwali. Hasilnya ternyata tak main-main. Mengumpulkan 150 crore atau sekitar US$ 22 juta di minggu pertama di seluruh dunia, bahkan masuk top ten box office Amerika Serikat, tentu bukan prestasi yang main-main, meski harus bersaing ketat dengan film Sanjay Leela Bhansali, Bajirao Mastani yang dirilis berdekatan dan juga meraih kesuksesan box office internasional.
Dilwale membidik kisah cinta antara Veer dan Ishita. Mereka berdua langsung jatuh cinta ketika pertemuan pertama yang tak terduga. Manisnya kisah asmara mereka terganjal ketika kakak masing-masing teringat akan hubungan asmara mereka 15 tahun yang lalu dan harus kandas gara-gara kebencian keluarga mafia. Siasat pun disusun untuk kembali menghangatkan hubungan antara Raj, kakak Veer, dan Meera, kakak Ishita. Tentu saja siasat ini bertujuan juga agar hubungan Veer dan Ishita mendapatkan restu.
Oh well. Let’s not talk about how easy people falling in love in Hindi movies. Let’s not also talk about how cliché forbidden love theme was put in Hindi movies. Itu semua memang menjadi formula paling klasik dari sinema Hindi, dengan berbagai modifikasi latar belakang budaya. Dilwale memang tak mengejar orisinalitas cerita untuk menarik perhatian. Like I always say, mau seklise atau se-predictable apapun ceritanya, film Hindi selalu berhasil membangkitkan emosi penontonnya. Begitu juga dengan Dilwale yang tetap berhasil membuat saya merasakan manis dan indahnya asmara, kecewanya patah hati, sulitnya merasakan ego, dendam, dan cinta di saat yang bersamaan, hangatnya kekeluargaan, dan menegangkannya adegan-adegan aksi yang tergelar dalam satu pot Masala ala Rohit Shetty ini.
Selain plot cliché-nya, sayang storytelling Dilwale tak sepenuhnya berjalan mulus. Oke, penempatan flashback-flashback memang masih berjalan seimbang dan pas seperti kebanyakan film Masala SRK, namun ada cukup banyak adegan yang terkesan berlebihan dan tidak begitu penting, yang jujur agak mengganggu laju plot utama. Yang paling terasa mengganggu adalah sub-plot tentang King, bos mafia narkoba, yang memang di beberapa adegan kecil bisa memperkuat hubungan antara keluarga Veer dan Ishita, namun lama-kelamaan porsinya terasa terlalu besar sehingga mengganggu plot utama. Apalagi di adegan klimaks yang jatuhnya malah mengulur-ulur cerita, di saat sebenarnya sudah bisa ditutup dengan visualisasi swinging dance yang manis, indah, dan cerdas. Well, namanya juga film yang mengejar sensasi highly entertaining. Masala Hindi pula. Toh, mungkin kebanyakan fanbase SRK-Kajol atau Masala Bollywood tidak akan keberatan dengan ganjalan ini. Karena memang harus diakui, Dilwale was highly entertaining, with pretty big heart (seperti makna judulnya) about romance and family.
SRK dan Kajol sebenarnya masih memerankan karakter-karakter tipikal seperti yang sudah-sudah. Namun tetap saja keduanya berhasil mencuri hati penonton. Note khusus untuk Kajol yang masih penuh pesona bak masih berusia 20-an di usianya yang sebenarnya sudah kepala empat. Perubahan karakter di sini pun layak mendapatkan pujian tersendiri. Di lini berikutnya, Varun Dhawan dan Kriti Sanon mungkin sulit untuk mengalahkan SRK-Kajol, but they’re not bad at all. Varun masih sedikit di bawah penampilannya di Student of the Year, sementara Kriti berkat pesona fisik dan kharismanya yang cukup kuat, mampu sedikit naik kelas dari performance-performance sebelumnya. Terakhir, penampilan Boman Irani sebagai King selalu berhasil menarik perhatian.
Dilwale mulai proses produksi bulan Maret 2015 dan terakhir diketahui wrap up bulan Oktobe 2015. Bahkan syuting salah satu music video baru dilaksanakan bulan Desember. Sementara jadwal rilis internasionalnya 18 Desember 2015. Terkesan sangat terburu-buru dan ini sebenarnya cukup terasa dari laju penceritaan. Untung saja editing yang serba dinamis masih mampu menutupinya. Untung juga visual effect dan sound effect yang sangat mendukung part action-nya dengan cukup baik, termasuk penggunaan fasilitas surround yang cukup maksimal. Ini tentu saja berkaitan dengan budget yang tak main-main, sekitar 100 crore atau US$ 15 juta. Sinematografi Dudley yang sudah jadi langganan Shetty seperti di Singham, Bol Bachchan, dan Chennai Express, sekali lagi berhasil membidik keindahan setnya dengan sangat maksimal. Mulai Goa, Mauritius, Cape Town, bahkan sampai Sofia, Bulgaria. Juara pula untuk desain produksi terutama untuk adegan fast date Raj-Meera dan pernikahan.
So, saya mengakui Dilwale bukanlah film Hindi favorit saya tahun ini, bukan juga film Hindi yang termasuk bagus bagi saya. Tapi dengan segala elemen favorit kebanyakan fans-nya, Dilwalejelas suguhan yang sangat menghibur, dengan lagu-lagu yang begitu ear-catchy seperti Janam Janam, Tukur Tukur, dan Manma Emotion Jaage. Maka tak perlu ekspektasi tinggi-tinggi ketika menyaksikannya, cukup nikmati sajian demi sajian yang ia gelar sepanjang dua setengah jam.
Lihat data film ini di IMDb.
0 Response to "The Jose Flash Review Dilwale"